Oleh Emma Goldman, 1911 dimanche 20 avril 2003
Apakah patriotisme itu? Apakah cinta dengan tempat lahir seseorang,
tempat seseorang mengenang masa kecil, mimpi dan aspirasinya? Dengan
sebuah tempat, dimana kita dengan jiwa kekanak-kanakan memandang awan
yang bergerak dan bertanya mengapa kita tak dapat begerak secepat awan
itu? Dengan tempat dimana kita melihat bintang-bintang betebaran di
langit ? Dengan tempat dimana kita mendengar kicauan burung dan
berangan-angan ingin bisa terbang seperti burung ke tempat nun jauh?
Atau, apakah cinta dengan tempat kita dipangku ibu mendengar
dongeng-dongengnya ? Singkatnya, apakah patriotisme itu adalah cinta
dengan setiap jengkal tempat dimana kita dibesarkan dan bermain, dimana
kita dapat mengenang masa kecil yang penuh dengan kegembiraan?
Kalau itu adalah patriotisme, hanya
sedikit orang Amerika yang bisa menjadi patriotik, karena tempat
bermainnya sudah dibangun menjadi pabrik-pabrik dan dengungan mesin
telah menggantikan musik (kicauan) burung.
Kalau begitu, apakah patriotisme itu?
Leo Tolstoy, anti patriotisme terbesar zaman ini, mendefinisikan
patriotisme sebagai suatu prinsip yang membenarkan pelatihan pembunuh;
suatu usaha yang memerlukan peralatan yang lebih canggih untuk membunuh
manusia daripada untuk membuat keperluan manusia, misalnya, sepatu,
pakaian dan rumah; usaha yang dapat membawa kebesaran dan sukses, lebih
daripada usaha-usaha lain.
Gustava Herve, juga seorang anti patriot
yang besar, mengartikan patriotisme dengan tepat. Menurutnya,
patriotisme adalah takhyul yang lebih bahaya dan brutal daripada agama.
Takhyul agama berasal dari ketidak mampuan manusia untuk menjelaskan
fenomena alami. Misalnya, ketika seorang manusia primitif mendengar
geledek dan melihat kilat, dia tidak dapat menjelaskan kejadian itu dan
menganggap bahwa ada kekuatan yang lebih besar darinya. Dia juga akan
menganggap semua fenomena lain, seperti hujan sebagai fenomena gaib.
Lain dengan patriotisme yang merupakan takhyul yang diciptakan dan
dipertahankan secara artifisial, melalui jaringan penipuan dan
kebohongan; tahkyul yang merebut kehormatan seseorang dan membuatnya
sombong.
Memang, egoisme dan kesombongan adalah
sifat-sifat yang harus dimiliki seorang patriot. Saya akan coba
menjelaskan pernyataan di atas. Paham patriotisme menganggap bahwa dunia
ini terpecah menjadi bagian -begian kecil, setiap bagian dikelilingi
pintu besi. Mereka yang beruntung (kebetulan) lahir dalam sebuah bagian
tersebut, akan menganggap diri mereka lebih tinggi derajatnya, lebih
pandai dan lebih segala-galanya (dibandingkan dengan manusia di luar
pintu besinya). Jadi merupakan tugas bagi setiap orang yang lahir di
bagian yang ’terpilih’ itu untuk berperang, membunuh dan mati untuk
membuktikan "kebenaran dan kelebihannya" kepada orang lain di luar pintu
besinya.
Mereka yang tinggal di bagian-bagian
lain, akan mempunyai jalan pikir yang sama. Sudah pasti demikian, karena
sejak masih kanak-kanak pikiran mereka sudah diracuni dengan
cerita-cerita yang penuh prasangka (untuk menimbulkan kebencian)
terhadap orang-orang asing. Ketika anak -anak itu sudah menjadi dewasa,
pikirannya sudah dipenuhi dengan kepercayaan bahwa dia adalah yang
"terpilih" oleh Tuhan untuk membela negaranya dari serangan orang-orang
asing. Untuk memenuhi maksud tersebut, kita di Amerika, mempersiapkan
angkatan bersenjata, amunisi dan kapal perang yang semakin megah dan
yang jumlahnya semakin banyak.
Untuk memenuhi maksud patriotismne,
baru-baru ini, Amerika mengeluarkan empat ratus juta dolar dalam waktu
yang singkat. Cobalah kita pikirkan, empat ratus juta dolar yang diambil
dari hasil keringat warga negara (mereka yang membayar pajak). Sudah
pasti, bukanlah orang-orang kaya yang menunjang patriotisme. Mereka
(orang-orang kaya) adalah manusia kosmopolitan, merasa "di rumah" di
setiap negara. Kita di Amerika, tahu mengenai fakta ini dengan jelas
sekali; bukankah, orang kaya Amerika, menjadi orang Perancis di
Perancis, orang Jerman di Jerman, atau orang Inggris di Inggris. Tetapi
patriotisme itu bukanlah untuk mereka yang berkuasa dan yang kaya.
Patriotisme, seperti agama, cukup diterapkan bagi orang awam. Kita
diingatkan kepada Frederick the Great, kawan dekat Voltaire, yang
berkata, " agama adalah penipuan (yang terorganisir), tetapi harus
dipertahankan untuk orang awam ".
Patriotisme adalah sebuah institusi yang
mahal, tidak ada orang yang akan menyangkalnya setelah meneliti
statistik di bawah ini. Kenaikan perbelanjaan militer (darat dan udara)
yang besar mengejutkan setiap pelajar ekonomi yang kritis. Dari tahun
1881 sampai 1905, perbelenjaan militer Inggris naik dari $ 2.101.848.936
ke $4.143.226.885; bagi Perancis, dari $3.324.500.000 ke
$3.455.109.900; bagi Jerman, dari $725.000.200 ke $ 2.700.375.600; bagi
Rusia, dari $ 1.900.975.500 ke $ 5.250.445.100; bagi Amerika, dari $
1.275.500.750 ke $ 2.650.900.450; bagi Itali, dari $ 1. 600.975.750 ke
$1.755.500.100; bagi Jepang, dari $182.900.500 ke $ 700.925.475.
Dalam periode 1881-1905 kenaikan dalam
pengeluaran untuk angkatan bersenjata Inggris naik empat kali lipat;
Amerika, tiga kali lipat; Rusia, dua kali lipat; Jerman 35%; Perancis
15% ; dan bagi Jepang, hampir 500%.
Secara proporsi, pengeluaran militer
(darat dan udara) negara-negara tesebut dari total pengeluaran negara,
juga naik (untuk periode 1881-1905)): Di Inggris dari 20 ke 37 %, di
Amerika dari 15 ke 23 %, di Prancis dari 16 ke 18%, di Itali dari 12 ke
15 %, di Jepang dari 12 ke 14%. Tetapi, di Jerman, pengeluaran untuk
militer menurun dari 58 ke 25 %; penurunan ini terjadi karena kenaikan
dalam pengeluaran untuk hal-hal yang lain yang luar biasa besar
jumlahnya.
Perbelanjaan untuk angkatan laut juga
sama luar biasa besarnya. Dalam periode yang sama, kenaikan dalam
pengeluaran marinir adalah sebagai berikut: Inggris, 300%; Perancis,
60%; Jerman, 600%; Amerika, 525%; Rusia, 300%; Itali, 250%; Jepang,
700%.
Dalam periode 1881-1885, pengeluaran
untuk angkatan laut Amerika adalah $6.20 untuk setiap $100 pengeluaran
negara; jumlah ini naik menjadi $6.60 dalam lima tahun berikutnya,
menjadi $8.10 pada lima tahun berikutnya dan akhirnya, $16.10 untuk
periode 1901-1905. Kita bisa pasti, berdasarkan statistik yang ada,
bahwa pengeluran tersebut akan terus naik di tahun-tahun berikutnya.
Kenaikan anggaran perbelanjaan militer
dapat kita ilustrasikan lebih jauh dengan menghitung perbelanjaan
tersebut sebagai pajak per kapita. Dari (lima tahun) periode pertama
(1801-1805) sampai periode kelima (1901-1905), perbandingan pengeluran
militer sebagai pajak per kapita dapat kita lihat: di Inggris, dari
$18,47 ke $52,50; di Perancis dari $19,66 ke $23.62; di Jerman dari
$10,17 ke $15.51; di Amerika dari $5.62 ke $13,64 ; di Rusia dari $6,14
ke $8,37; di Itali dari $9,59 ke $11,24 ; di Jepang dari $0,86 ke $3,11.
Penghamburan yang luar biasa yang
dibutuhkan patriotisme, merupakan alasan yang cukup untuk menyembuhkan
orang yang mempunyai kepandaian rata-rata dari penyakit tersebut.
Orang-orang awam digalakkan untuk
menjadi patriotik, dan untuk kemewahan tersebut mereka harus bersedia
untuk membantu pembela-pembela negara dan kadang mengorbankan anak
mereka. Patriotisme membutuhkan kesetiaan seseorang terhadap bendera,
yang artinya kesediaan untuk membunuh ibu, bapa dan sanak saudara.
Alasan pro-militarisme yang sering kita
dengar adalah "kita membutuhkan angkatan bersenjata untuk menjaga negara
kita dari serangan orang asing." Setiap orang yang pandai tentunya tahu
bahwa alasan tersebut hanya dipakai untuk menakut-nakutkan dan memaksa
mereka yang jahil. Pemerintah negara-negara di dunia mengetahui
keinginan masing-masing dan tidak akan secara sembarang menyerang satu
sama lain. Mereka tahu bahwa keinginan mereka bisa dicapai dengan lebih
efektif dengan diplomasi. Bahkan, menurut Carlyle, "perang adalah
perrgaduhan antara dua orang pencuri yang terlalu takut untuk berperang
sendiri; jadi mereka memakai mereka merekrut orang-orang, memberikan
mereka seragam dan senjata, dan membiarkan mereka lepas seperti binatang
liar membunuh satu sama lain.
Setiap perang yang dikaji, pasti
mempunyai sebab yang sama. Misalnya perang Spanyol-Amerika, yang
dikatakan sebagai perang yang hebat dan penuh nilai patriotik dalam
sejarah Amerika. Bagaimana perasaan kita dipenuhi dengan kemarahan
terhadap orang Spanyol yang kejam! Betul, bahwa kemarahan kita tidak
bangkit secara spontan. Perasaan itu dibangkitkan dengan agitasi
koran-koran selama berbulan-bulan.
Tetapi setelah perang usai dan yang
gugur telah dikubur; akibat perang itu dirasakan oleh orang awam, dalam
bentuk kenaikan harga barang-barang dan harga sewa rumah. Setelah kita
sadar dari buaian patriotisme, tiba-tiba kita tahu bahwa sebab perang
Spanyol-Amerika adalah karena harga gula; atau secara lebih kasar,
nyawa, darah dan uang orang Amerika telah dipakai untuk menjaga interest
kapitalis Amerika dalam perdagangan gula. Pernyatan di atas tidaklah
dilebih-lebihkan, tetapi berdasarkan fakta dan angka.
Penggunaan kekerasan seperti yang
disebutkan di atas juga bukan insiden yang langka, contohnya adalah
kebijakan pemerintah Amerika terhadap buruh-buruh di Kuba. Ketika Kuba
masih dikuasai Amerika, pasukan yang sama yang membebaskan Kuba,
diperintahkan untuk menembak buruh tembakau Kuba yang sedang mogok
kerja.
Bukanlah hanya kita (di Amerika) yang
melakukan perang untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Penyebab perang
Rusia-Jepang yang brutal telah diumumkan oleh menteri perang Rusia,
Kuropatkin. Kaisar Rusia dan kerabatnya baru berinvestasi dalam usaha
pembuatan peralatan perang, dan maksud perang tersebut adalah untuk
membuka pasar bagi peralatan perang tersebut.
Alasan bahwa kekuatan militer yang besar
adalah jaminan untuk menjaga perdamaian sama logikanya dengan
pernyataan bahwa individu yang merasa damai adalah dia yang menjaga
dirinya dengan persenjataan yang berat. Pengalaman membuktikan bahwa
individu yang bersenjata mempunyai tendensi untuk memamerkan
"kekuatannya". Begitu juga halnya dengan pemerintah. Negara yang
benar-benar ingin perdamaian tidak akan membuang waktu dan tenaga untuk
persiapan perang; inilah perdamaian abadi. Tetapi keinginan untuk
memperbesar kekuatan militer bukanlah karena ancaman dari luar. Ancaman
datang dari dalam negeri; ketidak puasan masa dan buruh atas pemerintah.
Angkatan bersenjata dipersiapkan untuk menangani musuh-musuh internal
tersebut; musuh yang kalau telah kesadarannya bangkit, akan jauh lebih
berbahaya daripada kekuatan asing dari manapun.
Institusi negara adalah kekuatan yang
telah beratus-ratus tahun memperbudak masa melalui penguasaan psikologi
masa. Aparatus negara tahu bahwa sebagian besar masa adalah ’anak kecil’
yang bisa dibujuk dengan mainan. Dan kalau mainan ini semakin
berwarna-warni, mereka akan semakin suka.
Angkatan bersenjata sebuah negara
merupakan "mainan" tersebut. Untuk membuat "mainan" itu lebih menarik
ratusan ribu dolar telah dipakai untuk "menghiasinya". Contohnya:
pemerintah Amerika mengirim satu konvoi angkatan laut ke Pasifik supaya
setiap warga negara Amerika merasa bangga dengan negaranya itu. Kota San
Fransisco menghabiskan seratus ribu dolar untuk menyambut konvoi
tersebut; Los Angeles, enam puluh ribu; Seattle dan Taccoma sekitar
serartus ribu. Untuk menyambut konvoi tersebut?? Untuk makan dan minum
dengan prajurit-prajurit pangkat atas, sedangkan prajurit-prajurit
(bawahan) lainnya harus melakukan unjuk rasa untuk sekedar makan yang
cukup. Ya, dua ratus enam puluh ribu dihabiskan untuk petasan, pesta dan
foya-foya, pada waktu kaum perempuan dan kanak-kanak sedang mengalami
kelaparan di seluruh negara; ketika ribuan penganggur bersedia untuk
menjual tenaga mereka semurah-murahnya.
Dua ratus enam puluh ribu dolar! Apa
yang tidak bisa dibeli dengan uang sebanyak itu? Tetapi, bukan untuk
roti dan rumah; anak-anak kota-kota tersebut diajak untuk melihat pesta
penyambutan angkatan laut tersebut, supaya mereka ingapat dijatuhkan
dari pesawat terbang ke target masyarakat. Kita merasa bangga mengetahui
bahwa Amerika akan menjadi negara terkuat di dunia, dan kemudian akan
menanamkan kaki besinya di leher negara-negara lain. Itu semua adalah
logika patriotisme.
Tetapi, segala dampak buruk patriotisme
terhadap masyarakat awam tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan
penghinaan dan luka yang dirasakan mereka yang bekerja di militer.
Mereka adalah korban kejahilan dan takhyul yang patut dikasihani. Dia,
pembela dan penjaga negara, apakah yang dapat diberikan patriotisme
terhadap seorang prajurit? Sehari-harinya mereka harus selalu tunduk.
Kehidupan mereka penuh dengan kebiasaan buruk (vice), bahaya dan
kematian. Ketika saya sedang dalam tur memberikan kuliah di San
Fransisco, saya mengunjungi sebuah tempat yang paling indah. Dari sana
kita dapat melihat "the Bay" dan "Golden Gate Park". Tempat itu
semestinya digunakan untuk sebuah taman untuk anak-anak dan untuk
pertunjukan musik. Tetapi, di tempat itu dibangun barak militer yang
jelek.
Di barak yang menyedihkan tu,
prajurit-prajurit diangon seperti binatang. Di situ mereka membuang
waktu mengelap sepatu lars dan lencana mereka untuk diperlihatkan kepada
pemimpin mereka. Kehidupan bagi prajurit seringkali tidak
mempersiapkannya untuk hidup kembali secara normal dalam masyarakat.
Kebanyakan dari mereka tidak mempunyai keterampilan yang dibutuhkan
dalam kehidupan bermasyarakat. Bagi mereka yang mempunyai keterampilan,
kadang mereka tidak bisa beeradaptasi dengan kehidupan normal, dan
keterampilannya tersebut tidak dapat sepenuhnya dimanfaatkan. Mereka
terbiasa dengan kehidupan yang "idle" (pasif) dan penuh dengan
petualangan (adventure). Tidak ada pekerjaan normal yang bisa memuaskan
diri mereka. Pendek kata, mereka tidak lagi dapat melakukan pekerjaan
yang bermanfaat bagi masyarakat.
Tetapi, biasanya yang masuk barak itu
adalah eks tahanan; karena mereka susah mencari penghidupan atau memang
karena mentalitas mereka sesuai dengan kehidupan militer. Sesudah
kontrak militer selesai, biasanya mereka akan kembali kepada kehidupan
kriminal, lebih zalim dari sebelumnya. Di Amerika memang lumayan
banyaknya eks serdadu yang meringkuk di penjara; dan angkatan bersenjata
juga dipenuhi dengan eks tahanan.
Dari semua akibat patriotisme yang
telah saya jelaskan, yang paling merusakkan adalah pelecehan harga diri
seseorang seperti yang diderita oleh serdadu William Buwalda. Karena dia
dengan bodohnya percaya bahwa dia bisa menjadi seorang tentara dan juga
dapat menerima hak penuhnya sebagai manusia, otoritas militer telah
memberikan hukuman berat baginya.
Memang betul bahwa dia telah bertugas
untuk negara selama lima belas tahun, dan dalam waktu itu, arsipnya
bersih dan sempurna. Menurut Jendral Funston yang meringankan hukumannya
menjadi tiga tahun penjara, "tugas seorang serdadu adalah kesetiaan
yang tidak dapat dipertanyakan kepada pemerintah, meskipun dia tidak
setuju dengan pemerintah tersebut." Funston telah menjelaskan arti
kesetiaan. Menurutnya, jika seseorang masuk militer, dia secara otomatis
menolak Deklarasi Kemerdekaan (bagi dirinya).
Memang suatu perkembangan yang aneh,
patriotisme membuat seorang mahluk yang berpikir menjadi mesin yang
terprogram. Untuk membenarkan hukuman yang dijatuhkannya kepada Buwalda,
Funston memberi tahu orang Amerika bahwa tindakan serdadu itu adalah
"tindakan kriminal yang serius yang sama beratnya dengan pengkhianatan
." Apakah tindakan tersebut? William Buwalda adalah salah satu dari
seribu lima ratus orang yang menghadiri sebuah pertemuan di San
Fransisco, dan dia berjabat tangan dengan orator Emma Goldman.
Buwalda telah memberikan hidup dan
kejantanannya bagi negaranya. Tetapi semua itu tidak ada artinya.
Patriotisme, seperti monster yang tak pernah kenyang, menghendaki
semuanya. Patriotisme tidak mengakui bahwa seorang serdadu itu juga
adalah seorang manusia, yang mempunyai perasaan dan opininya sendiri,
kesukaan dan pahamnya. Tidak, patriotisme tidak dapat mengakui itu. Hal
itu adalah pengalaman yang harus dipelajari oleh Buwalda; pelajaran yang
mahal. Kalau dia sudah dibebaskan, dia akan kehilangan kerjanya di
militer tetapi dia akan memperoleh kembali harga dirinya. Setelah usai,
kebebasan itu memang berharga ’tiga tahun penjara.’
Seorang penulis mengenai kondisi
militer Amerika, dalam sebuah artikel baru-baru ini , memberikan
komentar tentang kekuasaan yang dipunyai seorang pemimpin militer atas
masyarakat sipil di Jerman. Penulis itu berkata bahwa Republik kita
(Amerika) tidak mempunyai arti lain, tetapi hanya untuk menjamin hak
yang sama bagi semua orang; dan itu membenarkan keberadaannya.
Saya yakin bahwa penulis itu tidak
berada di Colorado semasa rezim patriotik Jenderal Bell. Dia mungkin
akan menukar pikirannya, kalau dia menyaksikan bagaimana orang-orang
dilempar ke dalam kandang kerbau, diseksa dan diperlakukan dengan
tindakan-tindakan yang merendahkan; semuanya dilakukan dalam nama
patriotisme dan republik (Amerika). Kejadian di Colorado hanyalah sebuah
contoh bukti perkembangan militer di Amerika. Jika ada pemogokan,
jarang sekali tentara dan anggota militia tidak dikerahkan untuk
melindungi mereka yang berkuasa; dan jarang sekali mereka tidak
bertindak brutal dan sombong seperti orang-orang yang memakai seragam
Kaiser.
Suatu kemalangan bagi penulis-penulis
di negara ini adalah mereka sama sekali tidak tahu mengenai hal-hal yang
baru terjadi (current affairs) atau mereka tidak mempunyai kejujuran
untuk memberitakan apa yang terjadi. Penulis kita itu menyatakan bahwa
militer tidak akan menjadi kekuatan di Amerika seperti di luar negeri,
karena pendaftaran militer adalah sukarela, bukannya keharusan seperti
di negara -negara lain. Tetapi penulis ini lupa mempertimbangkan dua
fakta yang sangat penting. Pertama, wajib militer di Eropa telah
menimbulkan kebencian terhadap militer oleh seluruh kelas-kelas
masyarakat. Beribu-ribu rekrut baru mendafatar dengan terpaksa, dan
setelah mereka berada di barak, mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk
meninggalkannya. Kedua, wajib militer lah yang telah menimbulkan
gerakan-gerakan anti militer yang kuat, yang merupakan kekuatan yang
paling ditakuti oleh pemerintah-pemerintah di Eropa. Gerakan dan
sentimen anti militarisme dianggap sebagai ancaman bagi pemerintah
(kapitalis) karena benteng yang melindungi dan memperkuat kapitalisme
adalah militarisme. Pada saat militarisme dikalahkan, kapitalisme akan
hancur.
Memang betul bahwa tidak ada wajib
milliter di negara kita, pemuda/i kita tidak dipaksa untuk menjadi
tentara, tetapi ada paksaan yang lebih hebat: mereka yang masuk dalam
militer berbuat demikian karena kebutuhan. Bukankah suatu fakta bahawa
dalam depresi industrial, pendafatran masuk militer meningkat dengan
drastis? Karir dalam militer bukan hanya menarik dan dihargai, tetapi
juga lebih baik daripada susah-susah mencari pekerjaan, antri roti atau
tidur di tempat-tempat amal. Karir tersebut setidak-tidaknya memberikan
tiga belas dolar sebulan, tiga kali makan setiap harinya dan tempat
untuk tidur. Tetapi bagi mereka yang mempunyai harga diri dan prinsip,
kebutuhan bukanlah alasan untuk masuk militer. Kita tidak perlu heran
kalau otoritas militer menyatakan bahwa materi orang-orang yang
mendaftar belakangan ini berkualitas buruk. Pernyataan ini adalah tanda
yang baik. Artinya rata-rata orang Amerika masih mempunyai sifat
mandiri, cinta kebebasan dan berani menanggung resiko kelaparan daripada
memakai seragam.
Orang-orang bijak di seluruh dunia
mulai sadar bahwa patriotisme adalah sebuah konsep yang picik dan
terlalu sempit untuk memenuhi kebutuhan zaman sekarang. Sentralisasi
kekuasaan telah menimbulkan solidaritas internasional antara mereka yang
tertindas; solidaritas anatara kaum buruh di Amerika dan diluar negeri;
solidaritas yang tidak perlu takut dengan serangan dari luar, karena
kaum buruh akan membuat pernyataan kepada majikan mereka,"kalau anda
mahu membunuh silahkan lakukan pembunuhan tersebut sendiri, kami telah
melakukannya untuk anda untuk cukup lama."
Solidaritas itu juga telah menyadarkan
tentara-tentara bahwa mereka semua adalah bagian dari umat manusia.
Contohnya, tentara-tentara Paris menolak menjalankan perintah untuk
membunuh saudara-saudara mereka dalam revolusi ’Commune 1871.’
Solidaritas tersebut juga telah memberikan keberanian kepada tentara
angkatan laut Rusia untuk berontak dalam kapal perang mereka.
Solidaritas akhirnya akan mempersatukan kaum tertindas untuk melawan
penindas mereka. Kaum proletar Eropa telah sadar dengan kekuatan dashyat
solidaritas, dan karena itu telah menyatakan perang terhadap
patriotisme dan militarisme. Beribu-ribu orang memenuhi penjara-penjara
di Prancis, Jerman, Rusia dan Scandinavia karena mereka berani melawan
tahkyul kuno tersebut (patriotisme). Gerakan ini juga tidak hanya
terbatas dengan kaum buruh, tetapi juga seniman, sastrawan/ita dan ahli
tehnik.
Amerika harus mengikuti gerakan
solidaritas tersebut. Mentalitas militer telah tertanam dalam kehidupan
sehari-hari orang Amerika. Saya percaya bahwa militarisme sangat
berbahaya karena mereka didukung kaum kapitalisme (sebaliknya kaum
kapitalis sangat membutuhkan mereka untuk menjaga kepentingan mereka).
Institusi yang paling dahulu diracuni
dengan mentalisme militarisme tersebut adalah sekolah. Pemerintah
mempunyai konsep ,"Berilah seorang anak itu kepada saya dan saya akan
mengajarnya menjadi ’orang.’ Anak-anak diajari taktik militer,
perjuangan militer diagung-agungkan dalam kurikulum pendidikan dan
pikiran anak-anak itu dibentuk supaya sesuai dengan tujuan negara.
Pikiran anak-anak yang masih ’murni’ tersebut dibanjiri dengan moralitas
patriotisme. Kaum pekerja Amerika telah banyak menderita di tangan
tentara, dan kejijikannya terhadap parasit berseragam itu memang
beralasan kuat. Tetapi kebencian saja tidak dapat menyelesaikan masalah
tersebut. Yang kita perlukan adalah pendidikan propaganda untuk
tentara-tentara; bacaan-bacaan anti patriotik yang akan menyadarkan
mereka akan keburukan ’pekerjaannya’ itu dan yang akan menyadarkan
mereka akan hubungan yang sebenarnya antara mereka dan kaum pekerja yang
dengan hasil kerjanya menghidupi mereka. Tepatnya inilah yang paling
ditakuti oleh pemerintah. Bagi seorang tentara, sekedar menghadiri
pertemuan yang radikal saja sudah dianggap sebagai pengkhianatan,
apalagi kalau dia membaca pustaka radikal. Tetapi bukankah merupakan
sifat pemerintah yang selalu mengecap segalanya yang berbau kemajuan
sebagai khianat/subversif ? Bagi mereka yang berjuang untuk mengubah
keadaan sosial mustilah bersedia untuk menghadapi semua itu; karena
mungkin lebih penting untuk menyebarkan kebenaran di dalam barak
daripada di dalam pabrik. Kalau kita dapat mengabaikan patriotisme, kita
telah membuka jalan menuju masyarakat yang bebas dimana semua
nationalitas berada di bawah naungan persaudaraan universal.